Thursday, November 3, 2011

KEUTAMAAN PUASA DAUD

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIMI
ASSALAMUALAIKUM WARAHAMTULLAH WABARAKTUH

PUASA DAUD

Oleh karena masih banyak yg belum mengetahui perihal puasa nabi Daud, maka pada kajian ini saya singgung ulang tentang 3 hal: (A). Dalil naqli. Kedua, (B). Batasan waktu pelaksanaan, (C). Keutamaannnya.

A. TERKAIT DALIL NAQLI

Hadits 1. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash bahwa dia pernah diberitahu oleh Rasulullah s.a.w, sabdanya,”Sholat yang paling disukai Allah adalah sholat Daud, & puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Daud. Dia (Daud) tidur seperdua malam, bangun di sepertiganya, tidur lagi di seperenamnya dan berpuasa sehari serta berbuka sehari” (HR. Bukhori).

Hadits 2. Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash berkata, bahwa suatu ketika dirinya menemui Rasulullah s.a.w. Lalu dirinya mengatakan: "Demi Allah aku akan puasa sepanjang siang & sholat sepanjang malam seumur hidupku". Mendengar sumpahku itu lalu Rasulullah s.a.w berkata kepadanya: "Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup untuk itu, maka berpuasalah & berbukalah, sholat malamlah dan tidurlah. Berpuasalah tiga hari dalam sebulan maka sesungguhnya suatu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang sepertinya, &  hal itu seperti berpuasa sepanjang masa".  Lalu aku mengatakan: "Sesungguhnya aku sanggup melakukan yang lebih dari itu wahai Rasulullah". Beliau s.a.w bersabda: "’Berpuasalah sehari dan berbukalah dua hari". Lalu aku mengatakan lagi: "Sesungguhnya aku sanggup melakukan yang lebih dari itu". Beliau bersabda: "Berpuasalah sehari & berbukalah sehari. Ini adalah puasa Daud, & ini puasa yang paling baik". Lalu aku mengatakan lagi: "Sesungguhnya aku sanggup melakukan yang lebih dari itu wahai Rasulullah".  Beliau bersabda, ’Tidak ada yang lebih utama darinya” (HR. Bukhori).

------------ Hadits Perbandingan (cermati seksama perbedaan kedudukannya)

Hadits 3. Haditnya cukup panjang karenaya saya kutipkan pd yg intinya sj. Diriwayatkan dari Abu Qatadah bahwa ada seorang laki-laki mendatangi Nabi s.a.w dan berkata: "Wahai Rasulullah bagai dengan orang yang berpuasa sepanjang masa?". Lalu Beliau bersabda ’(berpuasa) tiga hari dalam sebulan dan dari ramadhan hingga ramadhan maka ini (sama) dengan berpuasa sepanjang masa. Berpuasa pada hari arafah dan aku meyakini bahwa disisi Allah hal ini akan menghapuskan (dosa) setahun sebelumnya” (HR. Abu Daud).

Hadits 4. Dari Qatadah al-Anshory r.a bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang puasa Arafah, lalu beliau menjawab: "Ia menghapus dosa-dosa yg lalu dan yg akan datang". HR. Muslim

Hadits 5. Dari Abu Ayyub al-Anshory r.a, bahwa Rasulullah bersabda: "Bahwa barang siapa puasa Ramadlan kemudian diikuti puasa 6 hari pd bulan Syawal maka ia seperti puasa setahun". Hr. Muslim.

Mengacu pada kedua Hadits di atas, kiranya dapat diambil beberapa pemahaman: bahwa tidak ada puasa sunnah yg lebih utama lg selain puasa Nabi. Ini berarti jika ada orang yg puasa "PATI GENI" (puasa selama seminggu, 40 atau 100 hari dgn maksud menjalankan laku tirakatan), jelas tidak boleh, sekalipun yg bersangkutan itu kuat. Bukankah Hadits kedua di atas sudah sangat jelas menunjukkan pelarangannya ? Sebab kalau puasa PATI GENI itu dibolehkan Rasulullah, pasti Abdullah bin Amr dan para sahabat lainnya menjalankan puasa yg terus menerus.

Pernah suatu ketika, datang 3 orang menemui Rasulullah. Orang I berkata bahwa dirinya akan shalat terus sepanjang masa agar makin dekat sama Allah. Lalu orang II berkata bahwa dirinya akan puasa terus menerus dan tidak akan berbuka sepanjang masa agar makin dekat dengan Allah. Orang III berkata bahwa dirinya tidak akan nikah, sebab nikah hanya akan menghalangi kekhusukan ibadahnya. Mendengar sumpah mereka lalu Rasulullah s.a.w bersabda: "Aku shalat, tidur, berpuasa dan berbuka dan menikahi perempuan. Barang siapa tidak mengikutiku, maka ia tidak termasuk umatku" (Hr. Bukhari dan Muslim).

Mengacu Hadits di atas, kiranya dapat diambil pemahaman bahwa puasa "NGEBLENG" (tidak berbuka padahal waktu Magrib sudah tiba) maka jelas tidak mengikuti tuntunan Nabi. Rasululullah yg jelas-2 ketaqwaannya, beliau berbuka puasa jika waktunya sudah masuk buka. Terdapat 2 hadits lain yg berisi tentang pentingnya menyegerakan berbuka puasa.

Atas dasar keterangan di atas, kiranya dapat saya katakan Bahwa CERITA tentang SUNAN KALIJAGA BERTAPA (tidak makan dan tidak minum) adalah cerita penyesatan yg dibuat oleh Belanda. Mustahil Sunan Bonang (guru Sunan Kalijaga) tidak mengerti fikih tentang puasa. Sunan Bonang itu ahli fikih, karenanya perintah untuk melakuan PATI GENI & NGEBLENG pada raden Mas Said (Sebelum berganti nama jadi Sunan Kalijaga) adalah cerita yg tidak benar. Sekali lg yg tidak benar itu cerita terkait perintah bertapa (Puasa Pati Geni dan Ngebleng). Kisah-kisah  tentang Wali Sanga yg beredar dari masyarakat, banyak fiktifnya. Mitos. Karenanya dituntut untuk membaca literatur yg benar agar tidak salah dalam mengambil pelajaran dari kisah para Wali.

Sebagai tambahan catatn Hadits, Aisyah menuturkan bahwa dirinya belum pernah melihat Rasulullah s.a.w puasa sebulan penuh selain bulan Ramadlan, dan belum pernah melihat Rasulullah puasa sunnah lebih banyak kecuali bulan Sya'ban (Hr. Muslim). Atas dasar itu pula kiranya dpt dikatakan bahwa siapaun yg gemar dan kuat tirakat/puasa, maka cukuplah dgn puasa nabi Daud (sehari puasa, sehari tidak). Cukup itu sj.

B. BATASAN WAKTU PELAKSANAAN

Dari literatur semua Hadits yg terkait puasa nabi Daud, tidak saya jumpai batasan pelaksanaanya, misalnya cukup stahun, 2 th, 3 thn, dsb. Itu berarti terserah kepada yg bersangkutan seberapa kuat menjalankan puasa Nabi Daud.

C. KEUTAMAAN PUASA NABI DAUD

Sebelum bicara lebih lanjut tentang keutamaan puasa nabi Daud, pertanyaan yg mesti kita majukan adalah seperti apakah kriteria yg dimaksud keutamaan itu ?

Dalam sebuah hadist Rasulullah saw. bersabda:  "Setiap amal anak Adam selama Ramadhan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat, bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Kecuali puasa, Allah berfirman: Puasa itu untuk-Ku, dan Aku langsung yang akan memberikan pahala untuknya" (HR. Muslim).

Ibadah selain puasa dpt disaksikan orang lain, tapi tidak halnya dengan puasa. Siapa yg menjamin bahwa seseorang itu pasti puasa, sementara di sisi lain kalau toh ia berbuka sangat mungkin untuk tidak ketahui orang. Dalam konteks inilah kiranya keutamaan puasa tidak terletak pada JENIS KUANTITAS PAHALA.

KEUTAMAAN PUASA terletak pada KUALITAS PUASANYA. Dan kualitas puasa tergantund dari kualitas iman. Dalam Hadits yg diriwayatkan Bukhari Muslim, Rasulullah s.a.w bersabda : "Man shaama Ramadhaan iimaanan wah tisaaban ghufira lahu maa taqaddama min dzambihi. (Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan kesadaran iman dan penuh harapan ridha Allah, akan diampuni semua dosa-dosa yang lalu"'. Meskipun Hadits itu terkait puasa Ramadlan, berlaku juga bagi puasa yg lain (dalam hal ini puasa nabi Daud) bahwa diberi pahala atau tidaknya seseorang dalam berpuasa tergantung dari kualitas iman seseorang dalam berpuasa.

Dalam sebuah riwayat Nabi s.a.w. bersabda: Bila Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup, sementara syetan-syetan diikat.” (HR. Bukhari-Muslim).  Pemaknaan pada Hadits itu mengacu bahwa iman umat Islam di bulan Ramadhan itu meningkat. Ada suasana yang berbeda di bulan Ramadhan. Orang yang tadinya malas shalat berjemaah di masjid, mendadak ia rajin ke masjid. Orang yang tadinya tidak pernah membaca Al Qur’an, mendadak rajin tadarus. Orang yang tadinya kikir , mendadak jadi dermawan. Orang yang tadinya tidak pernah bangun Subuh, mendadak Subuh berjemaah di masjid, dll. Suasana model yg demikian itu boleh iibaratkan peluang Syetan untuk menghasut kemunkaran jadi terbatas. Dalam konteks inilah kiranya dapat ditangkap makna Syetan diikat pada bulan Ramadlan. Nah jika seseorang menjalankan PUASA NABI DAUD, dan mampu menghadirkan suasana layaknya puasa Ramadlan, tentu saja hal itu merupakan keutamaan hidup seorang muslim. Dengan kata lain, jika saat menjalankan puasa nabi Daud amalnya makin bagus (shodakohnya makin kuat, SHOLAT SUBUHNYA BERJAMAAH DI MASJID, tidak ghosip, dll, INSYAALLAH pribadi yg demikian itu bisa dikatakan makin dekat dengan Allah. Jika makin dekat dengan Allah dengan sendirinya akan memperoleh balasan dari Allah, bentuknya tidak ada yg mengetahui kecuali Allah sendiri. Begitulah janji Allah pada mereka yg berpuasa, model pahalanya langsung urusan Allah sendiri. Jika itu mampu dilakukan, maka puasa-puasa sunnah yg lain terasa kalah utamanya.

Demikian jawaban saya terkait keutamaan puasa Nabi Daud. Semoga yang bertanya, yang menjawab dan yang membaca tulisan ini dilimpahi balasan kebahagiaan dan keberkahan dalam hidupnya.

Insyaalah bersambung ke jawaban selanjutnya terkait: (a) contoh Facebook yg mubah,  (b). Bentuk Jilbab yang baik , (c) Perbedaan Salafi dengan Wahabi, (d). Posisi telapak tangan saat sujud dlm sholat


WASSALAMUALAIKUM WARAHAMTULLAH WABARAAKTUH

2 comments:

  1. saya rasa tuntunan puasa yang diajarkan rasullulah sudah sangat pas dengan perkembangan zaman, tetapi bukan berarti puasa yang ada selain yang diajarkan rasullulah saw itu adalah salah, sebab kalau zaman sekarang masih melakukan puasa tersebut orang pasti akan kesulitan dalam menjalani aktivitas hariannya. puasa pati geni, mutih, ngebleng dll. berbeda dengan puasa lainnya karena jelas merupakan ajaran warisan leluhur, apakah salah? jelas tidak. silahkan menjalani bagi yang kuat, dan jangan mudah untuk menjudge suatu persoalan dengan wawasan yang minim, apakah anda tahu kalau bertapa di gua itu bukan hal yang diajarkan islam, tetapi mengapa Rasullulah melakukannya dahulu di gua hira? bisa anda menjelaskan?

    islam is so simple, semua halal kecuali ada dalil yang menyatakan haram, kalau sekarang engga. perbuatan baik pun kalau engga ada dalil nya ya tidak boleh dilakukan wkwkwk

    ReplyDelete
  2. Ya maklumlah, ilmu yang minim itu seperti halnya anak kecil yang memang gampang menyalahkan yang lainya, air semangkok sudah dianggapnya samudra, dan pohon pisang dianggapnya tiang tiang penyangga langit.

    ReplyDelete